Salam,
Penulis paparkan kisah seorang ulama yang mentadbir pondok agama di Indonesia. Setiap perkara yang berlaku ada hikmahnya, inilah yang berlaku kepada ulama yang bernama Kiyai Marwan ini.
Kisah ini juga memberi iktibar kepada kita bahawa sasaran dakwah perlu meluas sehingga ke sarang pelacuran sebagaimana yang dilakukan oleh As-syahid Imam Hasan al-Banna.Bacalah......
Kiyai Marwan, adalah seorang ulama dari Nganjuk. Kiyai ini sudah hampir umur lima puluh tahun usianya, tetapi masih membujang.
Keinginan untuk mempersiapkan diri sebagai ulama sehingga tidak menghiraukan urusan dunia termasuk wanita, menyebabkan beliau membujang sehingga hampir umur 50 tahun.
Namun, soal keperluan tuntutan nafsu syahwat, tetap menganggunya setiap hari. Tambahan memikirkan, siapa yang akan meneruskan pondok agamanya sekiranya beliau tidak ada waris atau anak lelaki.
Dengan segala kekurangan pada diri sendiri dan gemuruh jiwanya, akhirnya Kiyai Marwan melakukan istikharah, memohon petunjuk kepada Allah, siapa sesungguhnya wanita yang menjadi jodohnya?
Beliau mendapat petunjuk dalam istikharahnya. Petunjuknya ialah agar Kiyai Marwan pergi ke sebuah tempat pelacuran terkenal di daerahnya.
"Disanalah jodoh anda nanti…” kata suara dalam istikharah itu.
Pastinya Kiyai Marwan menangis tidak berhenti seolah-olah tidak setuju dengan Tuhannya.
Kenapa ia harus bertemu jodoh dengan seorang pelacur ? Bagaimana kata anak didiknya dan masyarakat sekitar nanti, kalau isterinya seorang pelacur? “
Ya Allah…! Apakah tidak ada perempuan lain di dunia ini ?”
Dengan tubuh yang lemah, seperti seorang yang sedang mabuk, Kiyai Marwan nekad pergi ke tempat pelacuran itu.
Peluhnya membasahi seluruh tubuhnya, dan jantungnya berdegub deras, ketika memasuki sebuah warung dari salah sebuah tempat pelacuran itu.
Dengan rasa cemas yang luar biasa ,ia memandang semua wajah pelacur di sana, sambil meneka-neka, siapa diantara mereka yang menjadi jodohnya?.
Dalam keadaan tak menentu, tiba-tiba muncul seorang perempuan muda yang cantik, bertudung, membawa beg besar, memasuki warung yang sama, dan duduk di dekat Kiyai Marwan.
“Masya Allah, tidak berasa bersalahkah perempuan cantik ini masuk ke warung ini?” kata hatinya.
“Adik, maaf, adik. adik dari mana, sampai boleh datang ke sini? Apakah adik tidak salah alamat ?” tanya Kiai Marwan pada perempuan itu.
Perempuan itu hanya menundukkan mukanya. Tidak lama kemudian airmatanya mulai menitis dan mengalir di pipinya.
Sambil menatap dengan mata kosong, perempuan itu mulai menceritakan perjalanannya, hingga ke tempat pelacuran ini.
Pendek cerita, perempuan itu lari dari rumah orang tuanya, memang sengaja ingin menjadi pelacur kerana ia dijodohkan secara paksa dengan pemuda yang tidak dicintainya.
“Masya Allah…. Masya Allah… adik.. Beginilah adik, adik ikut saya saja.…” kata Kiyai Marwan, sambil menceritakan tentang dirinya sendiri, kenapa ia pun juga sampai ke tempat pelacuran itu. Dan tanpa mereka duga ,kedua hamba Allah itu akhirnya sepakat untuk berkahwin.
Mari kita mengambil pengajaran dari kisah singkat ini bahawa : Allah pasti telah menetapkan segalanya yang terbaik untuk kita, cuma bagaimana kita saja dapat menerimanya atau tidak, Meskipun mungkin dengan cara-cara yang sama sekali tidak kita duga sebelumnya.wihans.web.id
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar