Senin, 28 Maret 2011
Homophobia Bikin Ketar-ketir Gay dan Lesbi
New York, Perilaku seks sejenis di negara-negara barat seperti AS bukan hal aneh. Tapi seiring eksistensi
keberadaan kaum homo, makin keras juga kelompok homophobia beraksi. Homophobia bisa sangat
membenci bahkan membunuh kelompok ini.
Jika mencari kata Homophobia di kamus, Anda akan mendapatkan artinya yaitu takut akan homoseksual.
Kelompok homophobia banyak tersebar di Amerika, lebih banyak daripada kelompok heteroseksual itu
sendiri.
Seperti dikutip dari Bidstrup, istilah homophobia yang dicetuskan oleh psikolog klinis
George Weinberg pertama kali digunakan di majalah Time tahun 1969. Homophobia itu sendiri pada
dasarnya adalah ketakutan atau kebencian pada homoseks dan homoseksualitas.
Dalam praktiknya, homophobia diwujudkan antara lain dalam perasaan lain seperti menghindar,
ketidaksetujuan, diskriminasi, penghinaan atau pencelaan kaum homoseks, gaya hidup mereka, perilaku
seks mereka atau kulturnya dan sering dipakai untuk menekankan fanatisme.
Homophobia biasanya dikaitkan dengan homoseksualitas pria. Dua pria yang tampak intim lebih mudah
mengundang bisik-bisik sumir ketimbang dua wanita dengan tingkat keintiman yang sama.
Disinyalir orang-orang yang homofobik justru memiliki gairah homoseks, tetapi mereka tidak menyadarinya
atau malah menekannya. Orang-orang homofobik merasa bersalah karena memiliki gairah homoseks,
sehingga ketika ditempatkan pada situasi yang mengingatkan mereka pada 'gairah terlarang' tersebut,
mereka bereaksi dengan kemarahan dan panik.
Jarang didapati kasus homophobia yang didiagnosis secara medis. Homophobia juga tidak termasuk dalam
DSM IV (panduan diagnosis gangguan jiwa). Ada seorang ahli bernama Bumni Olatunji yang berpendapat
bahwa homophobia mengandung permusuhan antihomoseksual dan sikap berprasangka yang lebih mirip
dengan rasisme ketimbang fobia.
Pada tahun 1994, selama masa kampanye Oliver North untuk senat Amerika, ada beberapa suporternya
yang menyatakan 'Homophobia tidak membunuh'. Dengan mengampanyekan pesan tersebut, mereka
berharap bahwa kelompok homophobia tidak ditakuti.
Memang ada beberapa kasus pembunuhan yang berhubungan dengan homophobia. Di Amerika,
jumlahnya sekitar lusinan tiap tahunnya tapi tidak ada yang tahu jumlah pastinya. Ada juga beberapa kasus
bunuh diri pada pasangan gay dan lesbian, terutama pasangan muda yang diduga karena mendapat
tekanan mental dari kelompok homophobia.
Kelompok homoseksual muda memang paling berisiko mengalami bunuh diri karena tidak bisa menemukan
jawaban atas perubahan yang tidak normal pada dirinya sehingga rawan mengalami tekanan mental. Gay
muda dilaporkan 7 kali lebih sering melakukan percobaan bunuh diri daripada kelompok muda normal.
Alasan paling dasar kelompok homophobia membenci kelompok homoseksual adalah karena 'itu tidak
wajar'. "Itu melanggar kodrat Tuhan', alasan itu lebih terdengar religius. Namun maksudnya adalah
penderita homoseksual sebaiknya ditangani secara religius juga melalui pendekatan pada Tuhan.
Alasan lainnya adalah 'Itu menjijikan'. Namun bagi kaum homoseksual, apa yang dilakukan oleh pasangan
heteroseksual justru menjijikan.
Negara-negara yang sampai hari ini melarang kaum homo adalah Iran, Mauritania, Nigeria, Pakistan, Arab
Saudi, Sudan, Uni Emirat Arab dan Yaman. Di Amerika Serikat, pada tahun 2004, FBI mencatat tindak
kriminal berdasarkan orientasi seksual sebesar 15,6 persen.
Ketertarikan seksual pada anggota dari jenis kelamin yang sama selalu ada sejak adanya manusia. Namun,
dari sisi agama, aktivitas homoseksual selalu dikecam. Sampai pertengahan abad ke-20, barulah banyak
negara yang melegalkan perilaku homoseksual antar pria.
Perilaku homoseksual disebabkan karena gangguan kromosom, gangguan perkembangan masa kecil dan
pengaruh lingkungan. Hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkan penderita homoseksual.
Lesbi dan gay adalah penyakit kelainan seks atau homoseksual dimana seorang wanita atau pria memiliki
orientasi seksual dan mendapatkan kepuasan seksual dengan sesama jenisnya. Penyebabnya hingga saat
ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan karena faktor genetik tapi bisa juga karena faktor
lingkungan dan trauma masa kecil.
Menurut para ahli dari American Psychological Association, kebanyakan orientasi seksual seseorang itu
terbentuk pada masa kecil. Namun mereka mengatakan bahwa penyimpangan seksual ini bisa
disembuhkan jika rutin melakukan terapi dengan seorang psikolog atau terapis.
Namun kabar terkini dari organisasi tersebut justru mengatakan bahwa sangat kecil kemungkinan seorang
homoseksual bisa sembuh total. Bahkan mereka menyarankan agar penderita homoseksual memilih untuk
tidak berpasangan (menikah) dan memperkuat iman dengan lebih berorientasi dan mengabdi pada agama.
"Harus ada psikoterapi khusus yang bersifat religius. Psikoterapis yang religius harus membuka mata lebar-
lebar bahwa beberapa orang akan memilih jalan hidup sendiri dengan tidak menikah," ujar Judith Glassgold
seorang psikolog dari New Jersey.
(fah/ir)
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar