Sebut sahaja namanya Khadija, nama yang digunakannya setelah masuk Islam. Beliau seorang profesor keturunan Yahudi yang menemui cahaya Islam setelah menyaksikan kematian seorang sutradara/pengarah bernama Tony Richardson akibat penyakit AIDS.
Khadija mengagumi Richardson sebagai sutradara panggung drama yang profesional, brilian dan diakui kalangan seniman antarabangsa.
Kehidupan Richardson sebagai homoseks menularkannya penyakit AIDS yang mematikannya. Dari situlah Khadija mulai memikirkan gaya hidup masyarakat Barat dan masyarakat Amerika terutama dalam masalah moral. Khadija akhirnya mulai mengkaji ajaran Islam.
Khadija mula dengan mempelajari sejarah Islam. Sebagai seorang Yahudi, ia masih mengingat sejarah nenek moyangnya, Yahudi Spanyol yang hidup di tengah masyarakat Muslim dan terusir pada masa inkuisisi pada tahun 1942.
Khadija mempelajari bagaimana pemerintahan khalifah Turki Ustmaniah melayani penduduk Yahudi dengan cara yang berperikemanusiaa pada masa pengusiran orang-orang Yahudi dari daratan Eropah.
"Allah membimbing saya dalam belajar dan saya belajar Islam dari banyak tokoh seperti Imam Siddiqi dari South Bay Islamic Association, Hussein Rahima dan kakak angkat saya, Maria Abidin, seorang muslim orang Amerika asli dan bekerja sebagai penulis di majalah SBIA, IQRA," cerita Khadija mengenai dirinya sebelum menjadi seorang muslim.
Pada masa melakukan kajian tentang Islam, Khadija menemuramah seorang pemilik kedai daging halal di San Francisco. Di kedai itu beliau bertemu dengan seorang pembeli, perempuan bertudung yang kemudian sangat mempengaruhinya dalam memahami ajaran Islam.
Khadija terkesan dengan akhlak perempuan itu yang lemah lembut dan ramah, tambahan pula perempuan bertudung itu mampu menguasai empat bahasa asing.
"Kecerdasannya, membuat saya merasa terbebas dari sikap arogan dan memberikan kesan mendalam di masa-masa awal saya mempelajari bagaimana Islam boleh mempengaruhi tingkah laku manusia," ujar Khadija.
"Kajian yang saya lakukan membuat saya tahu lebih banyak tentang Islam dari sekadar sejumlah fakta, bahawa Islam adalah agama yang hidup. Saya belajar bagaimana kaum Muslimin menjadikan diri mereka sendiri dengan penuh martabat dan kebaikan sehingga boleh mengangkat mereka dari kekerasan dan diperbudak di Amerika ..."
"Saya belajar bahawa lelaki dan perempuan Muslim boleh saling mendukung keberadaan masing-masing, tanpa harus merosak keduanya secara verbal maupun fisikal. Saya juga belajar bahawa busana yang pantas menunjukkan semangat spiritualitas dan mengangkat darjat mereka sebagai manusia," beritahu Khadija.
Keadaan itu sangat berbeza dengan apa yang dialami Khadija selama ini, sebagai perempuan yang hidup di tengah budaya masyarakat Amerika. Seperti perempuan Amerika pada umumnya,beliau ibarat hidup di tengah kehidupan seksual.
Sejak usia ini, Khadija belajar bahawa masyarakat AS pada umumnya menilai manusia semata-mata dari penampilan luarnya saja sehingga banyak remaja, baik perempuan mahu pun lelaki yang putus asa kerana merasa tidak diterima oleh teman sebayanya.
Setelah mengetahui lebih banyak tentang Islam dan bergaul dengan beberapa muslim Amerika, Khadija makin mencintai dan menghormati Islam.
"Saya mendukung dan mengagumi Islam kerana Islam memberikan hak yang sama dalam bidang pendidikan untuk lelaki dan perempuan, menghormati hak lelaki dan perempuan dalam masyarakat dan ajaran tentang cara berpakaian serta aturan Islam tentang perkawinan," kata Khadija.
"Islam mengajarkan untuk menghargai diri kita sendiri sebagai makhluk ciptaanNya yang dianugerahi kemampuan untuk bertanggung jawab dalam hubungan kita dengan orang lain. Solat dan zakat, serta komitmen keimanan dan pendidikan, jika kita mengikuti jalan Islam, kita memiliki kesempatan untuk mendidik anak-anak yang akan terbebas dari ancaman kekerasan dan eksploitasi," sambungnya.
Dalam perjalanannya memeluk Islam, Khadija aktif di organisasi AMILA (American Muslims Intent on Learning and Activism) dan ikut mengerakkan organisasi itu. Khadija dengan jujur mengakui bahwa komuniti Muslim adalah komuniti yang mengagumkan.
"Islam memberi petunjuk pada kita agar terhindar dari api neraka," kata Khadija.
Khadija pun penuh tekad untuk mengucapkan dua kalimah syahadah dan menjadi seorang muslim.
"Sang Pencipta dikenal dengan banyak nama. Rahmat-Nya kita rasakan dan kehadiran-Nya dimanifestasikan dengan cinta, toleransi dan kasih sayang yang hadir di tengah kehidupan masyarakat," tegas Khadija. Eramuslim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar