Minggu, 25 Juli 2010

Seorang Musisi Tertular Antraks dari Gendang Kulit Lembu

img

Durham, Beberapa alat musik menggunakan kulit binatang sebagai membran untuk menghasilkan bunyi tetabuhan. Kulit tersebut ternyata bisa menularkan antraks, seperti yang dialami seorang peserta festival perkusi di New Hampshire akhir tahun lalu.

Centers of Diesease Control and Prevention (CDC) memastikan hal itu dalam rilis yang dikeluarkan baru-baru ini di Amerika. Kasusnya sendiri terjadi pada Desember 2009, dan kini kondisi musisi wanita itu dikabarkan telah pulih.

Dikutip dari cdc.gov, Minggu (25/7/2010), festival yang berlangsung di University of New Hampshire tersebut diikuti 72 perserta dengan menggunakan puluhan alat perkusi termasuk gendang. Sebagian di antaranya menggunakan membran yang dibuat dari kulit sapi.

Sehari setelah mengikuti festival, wanita yang tidak disebutkan namanya itu mengalami gejala mirip flu yakni demam, nyeri otot dan banyak berkeringat. Gejala itu terus memburuk hingga akhirnya ia dibawa ke rumah sakit beberapa pekan kemudian.

Pada tanggal 24 Desember 2009, dinas kesehatan setempat memastikan wanita berusia 24 tahun itu terserang antraks gastrointestinal. Diagnosis ini ditegakkan setelah dokter menemukan adanya bakteri Bacillus anthracis (pemicu antraks) dalam sampel darah.

Perwakilan CDC untuk New Hampshire segera melakukan investigasi, untuk mencari tahu dari mana wanita itu tertular. Dugaan bahwa sumber penularannya adalah daging ternak dikesampingkan, mengingat wanita ini kebetulan seorang vegetarian.

Dugaan akhirnya mengarah ke 2 gendang buatan Mali milik musisi tersebut. Petugas akhirnya memastikan, kedua gendang antik mirip tamborin yang diperkirakan berusia 10-15 tahun itu ditumbuhi spora Bacillus anthracis pada membran yang terbuat dari kulit sapi.

Saat membran ditabuh, spora itu terlepas dan bercampur dengan udara di ruangan yang dipakai untuk festival. Diduga spora itu terhirup ke saluran napas lalu berbelok ke pencernaaan, atau hinggap pada minuman dan terminum oleh musisi wanita tersebut.

Dalam rilisnya, CDC mengklaim kemungkinan penularan antraks melalui membran kulit binatang sebenarnya sangat kecil. Meski belum bisa dipastikan, infeksi pada wanita itu diduga terjadi saat daya tahan tubuhnya menurun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post